Kenapa Rupiah Selalu Lemah dan Kalah Dalam Perang Mata Uang Global?

Kenapa mata uang Rupiah selalu lemah dalam pertarungan perang mata uang global dan tunduk kepada mata uang Dollar US....? 

Berikut ini ada ulasan mengenai kenapa mata uang Rupiah Indonesia selalu lemah dan kalah dalam kancah pertarungan mata uang global. Semoga bermanfaat.
 
Indonesia saat ini menerapkan sistem ekonomi liberal yang mengacu kepada nilai2 Kapitalisme sebagaimana dalam ajaran Adam Smith (1776) kemudian melahirkan sistem ekonomi liberal melalui revolusi industri di eropa tahun 1789 dan berhasil merubah dominasi perekonomian dunia sampai saat ini.

Namun demikian realitasnya di dunia ini terdapat tiga sistem ekonomi yaitu sistem kapitalisme liberal, sistem ekonomi sosialis komunis (berakhir dengan runtuhnya Negara Komunis Uni Soviet 1991) dan sistem ekonomi syariah (Berakhir dengan runtuhnya Negara Khilafah Utsmaniah di turki Tahun 1924).

Dan masing-masing ketiga ideologi ini berusaha untuk mendominasi satu sama lain dan terus berupaya untuk menjadi pemenang (adidaya).

Kalau sistem ekonomi kapitalisme dalam memenuhi kebutuhan (barang dan jasa) manusia disemua sektor kehidupan diserahkan kedalam mekanisme pasar dan negara tidak boleh monopoli kalau perlu negara hanya berperan sebagai regulator (membuat kebijakan saja).

Maka ciri khas dari sistem ekonomi kapitalisme adalah perusahaan negara akan diprivatisasi. Kebijakan pemerintah cabut subsidi atau semua sektor kehidupan harus melalui mekanis pasar termasuk memberikan peluang yang sama bagi swasta/asing mengeksploitasi sumber daya alam.

Sedangkan sistem ekonomi sosialis komunis justru sebaliknya bahwa semua kegiatan ekonomi harus dikendalikan oleh negara. Tidak boleh perorangan atau perusahaan swasta apalagi asing yang monopoli ekonomi. Tetapi negara memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti kesehatan. Pendidikan dan kebutuhan sandan. pangan dan lain-lain.

Sedangkan dalam sistem ekonomi islam (dalam kitab Nidhom hukmi fi Islam: sistem ekonomi Islam karya Syach Taqiyudin an nabhani), diatur sesuai dengan hukum2 syariat dengan mengatur ekonomi dalam 3 (tiga) kategori yaitu pemilikan individu (swasta). Pemilikan umum (rakyat) dan pemilikan negara.

Pemilikan umum misalnya tambang. Air dan lapangan (area umum seperti pantai, gunung dll) adalah milik rakyat yang dikelola oleh negara dan harus dikembalikan peruntukannya kepada rakyat misalnya membangun jalan. Jembatan atau infra struktur. Tidak boleh hasil tambang dll milik rakyat ini dikuasai oleh individu (swasta) termasuk menggunakan untuk membayar gaji pegawai atau pejabat pemerintah.

Lalu bagaimana dengan sistem ekonomi Indonesia. .?


Kalau Kita ingin menilai sistem ekonomi yang digunakan Indonesia. Kita bisa melihat bagaimana kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan pemerintah semuanya mengikuti faham sistem ekonomi liberal kapitalisme.

Salah satunya mata uang Rupiah selalu dipengaruhi pergerakan pergerakkan Nilai Tukar Mata Uang global khususnya Dollar US sebagai mata uang perdagangan dunia saat ini.

Dengan ketergantungan Dollar US membuat Rupiah sangat mudah di intervensi dan mendapat sentimen negatif dari negara maju perekonomiannya dan tentu akan mempengaruhi tingkat inflasi (nilai mata uang suatu negara).

Negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi karena daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain misalnya Jepang, Jerman, Swiss, Amerika Serikat dan Canada.

Sedangkan Rupiah dengan Nilai tukar mata uang negara yang inflasinya lebih tinggi pasti akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya dari negara maju tersebut.

Sehingga ketika Amerika menaikkan Suku bunga negaranya sampai 2% langsung mempengaruhi pergerakkan dollar seluruh dunia termasuk membuat Rupiah Indonesia menjadi melemah karena permintaan mata uang dollar US tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar.

Demikian pula Neraca perdagangan Indonesia yang selalu devisit karena APBN kita selalu di skenariokan untuk membayar utang dan membuat utang baru (plus bunganya) setiap tahunnya. Demikian pula nilai impor lebih besar dari ekspor Indonesia sehingga Indonesia lebih banyak devisa negara keluar dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara lain.

Karena utang negara selalu bertambah besar karena anggaran APBN selalu defisit maka public debt (utang publik) membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan ini bisa memburuk dan menjadi malapetaka ketika utang yang besar menyebabkan negara kita default (gagal bayar) karena rupiah yang melemah drastis sementara utang yang jatuh tempo harus dibayar dengan dollar US yang membumbung tinggi. Inilah kemudian terjadi krisis moneter tahun 1998 kemudian menjadi pemicu robohkan kekuasaan rejim orde baru yang otoriter dan koruptif tumbang di tangan gerakan reformasi mahasiswa.

Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang rupiah.

Walhasil krisis moneter di Indonesia semakin mudah terjadi sewaktu2 yang dikendalikan oleh pihak2 kapitalisme. Dan kondisi ini semakin buruk ketika pemerintah gagal memberikan jaminan Kestabilan politik dan ekonomi dalam negeri.

Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang rupiah.

Lalu Bagaimana kekuatan mata uang negara Khilafah..?


Dalam negara Khilafah yang menerapkan sistem ekonomi syariah... kestabilan ekonomi bisa terjaga karena mata uang dinar distandarkan dengan emas yang tidak mengalami defisit.

Kemudian anggaran negara khilafah akan surplus karena selain akan mengelola kekayaan alam milik rakyat yang melimpah untuk membangun infrastruktur dan kebutuhan dasar masyarakat, pendapatan negara juga besar dari qonimah, jizyiah. fa'i dan lain-lain.

Dengan APBN Negara Khilafah yang besar itu maka Rakyat akan terjamin kebutuhan dasarnya dan pertumbuhan ekonomi stabil karena semua perekonomian dilakukan dengan ekonomi disektor riil. Sedangkan ekonomi non riil seperti jual beli saham atau jual beli mata uang atau perbangkan sistem riba (konvensional) adalah haram.

Subscribe to receive free email updates:

6 Responses to "Kenapa Rupiah Selalu Lemah dan Kalah Dalam Perang Mata Uang Global?"

  1. Tidak ada yg menguntungkan dari sisi apapun ketiga sistim ini.
    Buktikan aja..
    Penulis yg independen dong kalau nulis..
    Maaf yaa...

    BalasHapus
  2. "Kesalahan demi kesalahan" yg dilakukan oleh kita sendiri yg membuat negara lain "merasa mudah" mendikte perekonomian indonesia..
    Knapa???
    Karena kita terlalu terlena dgn angan angan tujuan negara seperti termaktub dlm uud 45.
    Ini dibaca oleh negara lain..dan mereka berusaha mencari racun utk melumpuhkan hal tsb..
    And next...you can see now...
    Hampir 80 merdeka "katanya"...
    Kita blm mampu mengalahkan "EGO" sebagai bangsa yg ber-Pancasila..
    Padahal...mewujudkan 10 % saja nilai nilai Pancasila sangat sangat belum mampu..
    Apalagi mau menemukan ekonomi yg kuat untuk NKRI..
    Jgn bermimpi dulu lah...
    (Ini bukan hate speek atau apapun yg sifatnya berbau kebencian...tapi pandangan seorang anak bangsa yg miris kondisi bangsanya sendiri..)

    BalasHapus
  3. Negeri dgn seabrek julukan yg mendunia...bisa dibutakan oleh negara yg berkembang...walau sebenarnya mereka itu sangat takut untuk miskin dan pada nyatanya memang mereka miskin...
    "Buka mata hati..buka kecerdasan hati..dan buka kekuatan hati...JANGAN KALAH DGN ANGAN ANGAN PIKIRAN...
    AKAN LAHIR SEABREK ILHAM YG MURNI UNTUK NUSANTARA..NUSANTARA YG BEBAS DAN MANDIRI..
    NUSANTARA YG MEMANG BENAR BENAR INDONESIAAAAAA.
    🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

    BalasHapus