Allah berjanji menjamin rizqimu. Maka melalaikan
ketaatan padaNya demi mengkhawatirkan apa yang sudah dijaminNya adalah
kekeliruan berganda.
Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril)
membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap
dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada Allah
dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya rezeki itu
terlambat janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah
karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan
kepada-Nya. (HR. Abu Zar dan Al Hakim)
Tugas kita bukan
mengkhawatirkan rizqi atau bermuluk cita memiliki; melainkan menyiapkan
jawaban "Dari Mana" & "Untuk Apa" atas tiap karuniaNya.
Betapa banyak orang bercita menggenggam dunia; dia alpa bahwa hakikat
rizqi bukanlah yang tertulis dalam angka; tapi apa yang dinikmatinya.
Betapa banyak orang bekerja membanting tulangnya, memeras keringatnya;
demi angka simpanan gaji yang mungkin esok pagi ditinggalkannya (mati).
Maka amat keliru jika bekerja dimaknai mentawakkalkan rizqi pada
perbuatan kita. Bekerja itu bagian dari ibadah. Sedang rizqi itu
urusanNya.
Kita bekerja untuk bersyukur, menegakkan taat &
berbagi manfaat. Tapi rizqi tak selalu terletak di pekerjaan kita; Allah
taruh sekehendakNya.
Bukankah Hajar berlari 7x bolak-balik dari Shafa ke Marwa; tapi Zam-zam justru terbit di kaki Ismail, bayinya!!
Ikhtiar itu laku perbuatan. Rizqi itu kejutan. Ia kejutan untuk
disyukuri hamba bertaqwa; datang dari arah tak terduga. Tugas kita cuma
menempuh jalan halal; Allah lah yang melimpahkan bekal.
Sekali
lagi; yang terpenting di tiap kali kita meminta & Allah memberi
karunia; jaga sikap saat menjemputnya & jawab soalanNya, "Buat apa?"
Betapa banyak yang merasa memiliki manisnya dunia; lupa bahwa semua
hanya "hak pakai" yang halalnya akan dihisab & haramnya akan
di'adzab.
Dengan itu kita mohon "Ihdinash Shirathal Mustaqim";
petunjuk ke jalan orang nan diberi nikmat ikhlas di dunia & nikmat
ridhaNya di akhirat. Bukan jalannya orang yg terkutuk apalagi jalan
orang yang tersesat.
Maka segala puji hanya bagi Allah; hanya dengan nikmatNya-lah maka kesempurnaan menjadi paripurna".
Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal. (HR. Ad-Dailami)
Bagikan inspirasi ini agar semakin banyak para pencari nafkah yang tersadarkan pentingnya ketaatan....
sumber: http://j.mp/1PC8chP
0 Response to "Untuk Para Pencari Nafkah Keluarga"
Posting Komentar